Sejarah Rumah Adat Bali
Berdasarkan Asta kosala Kosali
Rumah tradisional adalah bangunan yang memiliki ciri khas khusus yang difungsikan sebagai hunian oleh suatu suku bangsa. Rumah tradisional merupakan salah satu cerminan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di sebuah suku/masyarakat pada daerah tertentu. Salah satu rumah tradisional yang ada di Indonesia adalah Rumah Tradisional Kosala-Kosalidan Asta Bumi merupakan sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan filosofis, etis, dan ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya. Perkembangan zamanberdampak padaperubahan kebutuhan masyarakat yang berdampak dalam kebutuhan bangunan perumahan yang sesuai dengan era modern,mengakibatkan Arsitektur Tradisional Bali mengalami perubahan bentuk dan kebutuhan bangunan perumahan yang mengakibatkan penerapan Arsitektur Tradisional Bali semakin berkurang dan tidak memperhatikan nilai filosofis yang seharusnya. Perubahan yang terjadi antara lain tidak memperhatikan tata ruang dalam pembangunan rumah, dimana terkesan rungan dalam rumah seperti kamar tidur, dapur maupun kamar mandi ditempatkan sesuai keinginan pemilik rumah tanpamemperhatian pola tata ruang Sanga Mandala. Pembangunan rumah modern juga tidak mematuhi satuan ukur tradisional Bali yaitu sikut dengan pertimbangan luas tanah yang terbatasmeskipun sesuanguhnya sikutdapat disesuaikan dengan ukuran tanah yang dimiliki serta masih banyak lagi aturan tradisional yang tidak dipakai karena arsitektur modern dianggap lebih mudah dan efisien.Pertumbuhan properti baru di Bali dikhawatirkan menggeser semangat lokalitas dan jati diri arsitektur lokal, sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran masyarakat Bali dalam memahami pembuatan Rumah Tradisional Bali. KosaliPembangunan Rumah Tradisional Bali harus memperhatikan aspek-aspek yang biasa disebut dengan konsepTri Hita Karana agar terciptahubungan yang serasi dan seimbangantara aspek parahyangan, pawongan, danpalemahan. Dalam konteks perumahan, parahyangandimaksudkan sebagai hubungan antara penghuni rumah (manusia) dengan Tuhan Yang Maha Esa,pawonganadalah hubungan antara sesama penghuni rumah(manusia), dan palemahandimaksudkan sebagai hubungan antara penghuni sebuah rumah dan lingkungansekitarnya. Proses membangun Rumah Tradisional Bali membutuhkan waktu yang relatif lama mulai dari proses pengukuran tanah (nyikut karang), ritual sebagai penguasa arah barat daya, Dewa Mahadewasebagai penguasa arah barat, Dewa Sangkarasebagai penguasa arah barat laut, dan Dewa Siwasebagai penguasa arah tengah(Rudiasti, Konsep Sanga mandaladijadikan acuandalam pembagian zona kegiatan danpembagiantata letak bangunan pada Arsitektur Tradisional Bali. Kegiatan maupun bangunan yang dianggap sucidiletakan pada zonautamaning utama. Kegiatan atau bangunandiaggap kotor diletakan di zonanistaning nista, Sedangkan kegiatan atau bangunan lainnya diletakan pada zona madya(natah).