Taksu

Surya Natah adalah sebuah pelinggih yang berada di timur laut, berposisikan
sebagai pengijeng natah atau penjaga halaman rumah bagi yang penghuni tempat tersebut. Surya Natah diyakini sebagai pertemuan antara dua kutub energi yaitu energi bapa-akasa (maskulin) dengan energi ibu-pertiwi (feminim). Pertemuan dua kutub energi ini menciptakan (ngreka) kehidupan, adapun yang menyebutkan palinggih ini sebagai stana dari Sanghyang Siwa Reka.

Previous slide
Next slide

Meta Data Bangunan

Nama Object : Pelinggih Surya 

Deskripsi Singkat : Surya Natah umumnya ditempatkan di bagian halaman pekarangan. Surya natah biasanya diimplementasikan dalam struktur paduraksa dengan menempatkan di bagian hulu pekarangan di masing-masing kepala keluarga serta memiliki posisi di luar dari karang pamerajan. Dalam karang yang sama, akan terdapat satu buah sanggah/merajan yang lengkap namun dalam situasi masing-masing keluarga kemungkinan akan terdapat lebih dari satu Surya natah, tergantung jumlah kepala keluarganya. Adapun fungsi Surya Natah adalah sebagai pengayatan (pemujaan) Hyang Widhi atau Bhatara Bhatari yang sangat cocok bagi keluarga dengan lahan yang sempit dan paling terpenting sebagai wujud bakti kepada leluhur tetap bisa dilaksanakan. 

Deskripsi Detail : Istilah pelinggih merujuk pada bangunan suci. Selain rumah dan dapur, dalam pekarangan rumah terdapat bermacam-macam palinggih atau bangunan suci. Kata palinggih berarti bangunan tempat mensthanakan Sang Hyang Widhi, manifestasi-Nya atau roh suci leluhur (Atma Siddha Devata) (Titib, 2003:103). Ada kalanya konsep tempat suci/tempat ibadah dalam sebuah keluarga di Bali memiliki identik akan ukiranukiran Bali yang menyimbolkan tata ruang arsitektur Bali. Salah satu tempat yang dijadikan untuk pemujaan bagi umat Hindu dikenal dengan nama sanggah atau pamerajan. Memasuki sanggah atau pamerajan pastinya akan terlihat sebuah bangunan pelinggih yang berdiri kokoh dengan bentuk dan tata letak yang berbeda. Hal yang paling unik di tengah natah/pekarangan, terbentuknya sebuah pelinggih surya yang disebut dengan pelinggih surya natah yang memiliki fungsi menjaga kestabilan dan keseimbangan pekarangan rumah.
Surya Natah adalah sebuah pelinggih yang berada di timur laut, berposisikan sebagai pengijeng natah atau penjaga halaman rumah bagi yang penghuni tempat tersebut. Surya Natah diyakini sebagai pertemuan antara dua kutub energi yaitu energi bapa-akasa (maskulin) dengan energi ibu-pertiwi (feminim). Pertemuan dua kutub energi ini menciptakan (ngreka) kehidupan, adapun yang menyebutkan palinggih ini sebagai stana dari Sanghyang Siwa Reka.
Surya Natah umumnya ditempatkan di bagian halaman pekarangan. Surya natah biasanya diimplementasikan dalam struktur paduraksa dengan menempatkan di bagian hulu pekarangan di masing-masing kepala keluarga serta memiliki posisi di luar dari karang pamerajan. Dalam karang yang sama, akan terdapat satu buah sanggah/merajan yang lengkap namun dalam situasi masing-masing keluarga kemungkinan akan terdapat lebih dari satu Surya natah, tergantung jumlah kepala keluarganya. Adapun fungsi Surya Natah adalah sebagai pengayatan (pemujaan) Hyang Widhi atau BhataraBhatari yang sangat cocok bagi keluarga dengan lahan yang sempit dan paling terpenting sebagai wujud bakti kepada leluhur tetap bisa dilaksanakan.
Secara spiritual umat Hindu percaya akan adanya dimensi transenden dari suatu kehidupan. Perihal yang mendasar adalah berupa kepercayaan terhadap Tuhan atau apapun yang dipersepsikan oleh manusia sebagai sosok transenden. Dalam masyarakat Hindu di Bali Tuhan yang disebut Ida Sang Hyang Widhi Wasa memiliki berbagai manifestasi sebagai bentuk mendekatkan diri dengan-Nya. Menurut tataran dimensi ruang, Tuhan yang jauh kemudian didekatkan oleh bentuk dan atribut sebagai tanda bahwa yang absolut dekat dengan penciptanya.
Demikian pula dalam pengejawantahan arsitektur Bali yakni dalam mengatur tata letak bangunan dan tempat suci tentu memiliki aspek-aspek praktis di dalamnya.  Sebagai contoh dalam tataran dimensi filosofis, konsep-konsep Bhuana agung-Bhuana alit, Tri Hita Karana, Tri loka diimplementasikan ke dalam bentuk prinsip-prinsip praktis dalam arsitektur Bali yakni Hulu-Teben, Tri Mandala, Tri Angga yang merupakan bentuk-bentuk konsep ruang ala Bali. Prinsip dalam membangun pelinggih surya natah juga memiliki tendensi yang mirip dengan konsep ruang tersebut yang mensejajarkan antara lapisan utama dengan lapisan yang lebih luar. 

Negara : Indonesia 

Gaya : Arsitektur Bali Asli

Kondisi Bangunan : Terawat 

Tingkat Kerusakan : 0%

Negara Lokasi : Indonesia 

Provinsi : Bali

Kabupaten : Badung

Kecamatan : Mengwi 

Desa / Kelurahan  : Mengwi 

Alamat : JL. Ayodya, Mengwi, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung, Bali 80351

Garis Lintang (Latitude) : –

Garis Bujur (Longitude) : –

Pemilik : Pemda

Scroll to Top