Bale Daje

BALE DAJA/GEDONG/BALE BANDUNG/bale saka 6, saka 4 dalam bentuk gegedongan dalam tembok itu terdapat 4 saka, yang saka 6 sama di luar tembok 2 di dalam 4 di sebut Bale pekampiahan, kalau bale bandung perpaduan bale saka 6. Jumlah tiang 12 sehingga disebut Bale mebandung dua bale saka 6 jadi 1. Didepan saka 4 di dalam 8 dulu bale bandung yang asli di dalam ruangan itu tidak disekat (los). 

Previous slide
Next slide

Meta Data Bangunan

Nama Object : Bale Daje/ Bale Bandung

Deskripsi Singkat :  BALE DAJA/GEDONG/BALE BANDUNG/bale saka 6, saka 4 dalam bentuk gegedongan dalam tembok itu terdapat 4 saka, yang saka 6 sama di luar tembok 2 di dalam 4 di sebut Bale pekampiahan, kalau bale bandung perpaduan bale saka 6. Jumlah tiang 12 sehingga disebut Bale mebandung dua bale saka 6 jadi 1. 

Deskripsi Detail : BALE DAJA/GEDONG/BALE BANDUNG/bale saka 6, saka 4 dalam bentuk gegedongan dalam tembok itu terdapat 4 saka, yang saka 6 sama di luar tembok 2 di dalam 4 di sebut Bale pekampiahan, kalau bale bandung perpaduan bale saka 6. Jumlah tiang 12 sehingga disebut Bale mebandung dua bale saka 6 jadi 1. Didepan saka 4 di dalam 8 dulu bale bandung yang asli di dalam ruangan itu tidak disekat (los). Di bagian barat untuk tempat tidur di Sebagian timur digunakan untuk pemujaan bhatara guru di belakang di tembok separo/setengah badan, itu konsep bali kuno diatasnya diisi bedeg karena di sebelah timur tempat stana BHATARA GURU di buatkan palngkiran sebagai pelianggih bhatara guru dan bale daja lebih dulu ada dari marajan dan bale gede ( bali kuno) sebelum rsi markandya datang ke bali sebelum hindu masuk ke Indonesia orang” bali sudah yakin dengan adanya BHATARA GURU kalau ada keluarga meninggal maka di taruh dalam ruangan bale bandung di sebelah timur di depan pelinggih BHATARA GURU tidak seperti sekarang pelinggih Bhatara Guru berupa bebatuan. Kalau dulu hanya berbentuk pelangkiran dan mayat di mandikan di ajeng BHATARA GURU ciri” peradaban masa itu adalah subakti tresna asih kelawan yang meninggal dia harus di buatkan pengabenan yang kecil ditandai dengan mecukur rambut misal daging di pahanya atau daging yang lainnya inilah yang dimanfaatkan untuk dimasak oleh keluarganya dan harus keluarganya memakannya ini adalah ciri tresna terhadap leluhur. Mayat ini di keluarkan tidak melalui pintu namun lewat tembok belakang dan mesulub dibawah pelangkiran BHATARA GURU tradisi ini masih kental di tenganan. Jadi bale daje itu dulunya sebagai tempat pemujaan BHATARA GURU disebelah timurnya. dan dimanfaatkan sebagai tempat tidur yang boleh sesungguhnya tidur dibale daja adalah bagi keluarga yang sudah tidak lagi melakukan hubungan suami istri karena itu adalah bale suci tidak boleh ditempati oleh suami istri yang masih produktif, karena disana adalah linggih BHATARA GURU yang sekarang difungsikan sebagai stana dari SANG HYANG SRITEG sehingga pada saat upacara perkawinan disana dibuatkan upacara netegin pulu berisi beras karena linggih SANG HYANG SRITEG. 

Setelah peradaban RSI MARKANDYA datang pada tahun 768 M pada saat itu linggih BHATARA GURU dipindahkan kepekarangan natah sehingga dari sanalah muncul bale dangin atau bale adat kalau di bawa desa pekraman menjadi pelinggih Prajapati karena boleh menaruh mayat  di tempat itu.sekarang pada saat memandikan jenasah tetap konsepnya di depan bhatara guru karena pelinggih sudah di pindahkan ring natah masyarakat menyebut pelinggih SIWA REKA yaitu nama lain dari pelinggih BHATARA GURU .pada saat ini memandikan jenasah tetap di depan pelinggih BHATARA GURU namun tidak lagi mecukur rambut dan di rubah karena semakin maju peradaban namun di bawah keranda jenasah itu di taruh beras sehingga air yg di gunakan memandikan jenasah itu jatuh ke beras.beras inilah yg di masak dan di makan oleh sanak keluarga itu peradaban RSI MARKANDYA pada tahun 768 M. dengan datangnya konsep EMPU KUTURAN ke bali tahun 1001 M bahwa konsep rsi markandya di sempurnakan lagi dengan adanya khayangan tiga dan rong telu kemulan.mayarakat bali tetap ada yang memandikann jenasah di depan bhatara guru di merajan contohnya di desa kapal.kalau di badung sebagian besar sanggah di natah itu juga pelinggih guru ciri-cirinya tidak lagi menaruh beras di bawah mayat namun setelah di bakar abunya di ulek di colek dan di usapkan pada kedua dahi. Ini juga bentuk asih dan bakti pada leluhur inilah konsep orang bali.

Ada beberapa jarak/ ukuran (sikut)dalam bangunan bali yg menggunakan tampak kai di antaranya ;
– 17 TAMPAK KAKI = PRABU NGEMBAN PUTRA
– 21 TAMPAK KAKI = GAJAH
– 27 TAMPAK KAKI = GAJAH MUNGKUR (sikut bangunan sang sulinggih)

 

Negara : Indonesia 

Gaya : Arsitektur Bali Asli

Kondisi Bangunan : Terawat 

Tingkat Kerusakan : 0%

Negara Lokasi : Indonesia 

Provinsi : Bali

Kabupaten : Badung

Kecamatan : Mengwi 

Desa / Kelurahan  : Mengwi 

Alamat : JL. Ayodya, Mengwi, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung, Bali 80351

Garis Lintang (Latitude) : –

Garis Bujur (Longitude) : –

Pemilik : Pemda

Scroll to Top